Matahari pada siang hari ini sedang enggan untuk memunculkan eksistensinya, entah karena sedang malas atau tertidur. Namun, sebagai gantinya, tetesan-tetesan air dari langit bumi yang berjatuhan dengan deras menjadi pengganti kehadiran sang matahari untuk sementara waktu ini. Warna langit yang berubah menjadi gelap keabu-abuan laksana menggambarkan perasaan seseorang yang sedang patah hati akibat hubungan percintaannya bertepuk sebelah tangan. Tetapi, sangat berbanding terbalik dengan kedua anak adam yang justru sedang tertawa haha hihi, benar-benar seperti sedang berada di dunia yang isinya tidak ada siapapun—melupakan sebuah fakta bahwa langit yang mereka pandangi sedang murung, dan juga tidak ikut campur teman kelas Abid yang sedang rusuh di belakang.
Kedua anak adam tersebut bercengkrama di depan kelas 11 IPA 5, alias kelas Abid. Terkadang, atensi salah satu dari mereka berpindah ke lapangan, memandangi lapangan kakak kelasnya yang sedang bermain futsal. Tak lupa juga kedua tangan kanan mereka membawa gorengan tahu sebagai camilan, yang tadi mereka beli di kantin, hingga sempat ada protesan kecil yang keluar dari mulut Farell karena pacarnya membeli terlalu banyak gorengan.
Semakin lama mereka bercengkrama, maka terdengar semakin tidak jelas juga topik yang mereka bicarakan, seperti parodi adegan dari series Layangan Putus—dan tidak lupa juga mereka membicarakan berita mengenai Rio Ramadhan yang katanya media sosialnya di hack dan berakhir dengan lorong kelas 11 IPA 4, 5, 6, dan 7 diisi oleh tawa sepasang kekasih tersebut hingga menggema.
“Ada match lagi kapan, Rell?” tanya Abid yang sedang menyandarkan kepalanya di atas bahu sang kekasih. Dengan catatan, mereka berani sedekat itu karena tidak ada guru di sekitarnya, alias semua guru kini tengah melakukan rapat di ruang guru.
“Hmmm sekarang hari Rabu ya. Berarti masih minggu depan.”
“Nanti ngerjain koreo lagi?”
“Iya lah. Tiap hari kan ga pernah libur kumpul koor,” lelaki yang lahir di bulan April itu mencubit pipi kekasihnya penuh gemas.
“Gamaau. Gaboleeh. Farell nanti langsung pulang aja yaa?” bibir milik sang pelaku melengkung ke bawah dengan ekspresi sedih bak anak kucing yang sedang meminta makanan tambahan kepada majikannya. Dan tentunya pemuda yang sedang melihat ekspresi tersebut memberontak dalam hati karena aksi sang kekasih yang tiba-tiba itu.
“Hahahaah kok gituuu? Kamu aja ya yang aku culik?! Malem ini kamu ga boleh pulang ke rumah.” canda Farell dengan lagaknya berpura-pura untuk menculik dengan menangkup kepala sang kekasih menggunakan kedua tangannya lalu membawanya ke kantong celananya. “Aaah, Fareeelll, akuuu kangeeen,” gerutu Abid.
“Kangen anak koor?” Abid enggan menjawab, yakni sebagai gantinya ia hanya menggigit pelan lengan pemuda di sebelahnya. “Aaaah sakit, sakit!”
“Alay alay.” Abid mencibir.
“Serius ah, aku kangeeeen,”
“Aku loh disini, ga kemana-mana, ay.” Farell menata poni milik kekasihnya yang sudah mulai panjang itu, hingga sedikit menutupi penglihatan sang pemilik. “Potong rambut gih, ay. Poni kamu udah mulai panjang ini.”
“Iyaa gampang, ntar weekend aja.”
“Besok Jum’at aku kayaknya free deh, mau jalan-jalan?” ucap Farell yang mengundang seruan dari sang lawan bicara. “Yaaa mauu laah! Aku lagi pengen ke Papaya, Rell. Terus mau nyoba bakso deket sini yang katanya temen-temenku enak!”
“Tumben bakso, biasanya bm taichan.”
“Lagi bosen heheeee. Boleh yaaa?”
“Apaa ciiii yang ngga buat Abid Sanubrataaaa,” jawab Farell dengan nada suara yang dibuat-buat.
“IIH ALAAY!”
“Hahahahah.”
Kedua matanya memperhatikan jam tangan yang menempel di tangan kiri lelaki Agustus itu, dan menunjukkan pukul 16.38 sore. Ia baru saja selesai rapat ekskul dan di pikirannya yang sekarang hanya ingin segera sampai di rumah karena ingin mengistirahatkan tubuhnya yang pegal itu.
Namun langkah kakinya tiba-tiba terhenti, atensinya tergerak menuju motor milik kekasihnya yang terparkir di lapangan dekat pintu masuk Neo 1.
Alhasil, sebuah ide muncul di benaknya.
Matanya tergerak untuk melihat sekitarnya, memastikan tidak ada seseorang sebelum ia merobek secarik kertas dari buku tulisnya. Kemudian ia menuliskan kata-kata penyemangat yang ditujukan untuk sang kekasih, dan tak lupa juga dengan coretan-coretan lucu dan tulisan “I love you” “Mwah” yang ia tulis berkali-kali.
Dirasa sudah selesai dengan tulisannya, lelaki itu kemudian melipat kertas yang ia pegang dan menaruhnya di atas jok motor milik Farell.
“Heheheheheheee,” Abid menyengir sebelum ia berlari menuju keluar gerbang sekolah untuk pulang bersama bapak Go-Jek yang sudah menunggu kehadirannya dari tadi.